Cikini, Warta Kota
PENTAS teater bertajuk Perempuan di Titik Nol yang dibintangi Nurul Arifin dan Ria Irawan –dan digelar dua hari berturut-turut –di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), pada hari pertama, Sabtu (20/4), diwarnai kekisruhan antara pengunjung yang tidak kebagian tiket masuk dengan panitia penyelenggara. Pasalnya, pemilik gawe, dalam ini Solidaritas Perempuan dituding menipu penonton dan lepas tanggung jawab.
Antusiasme publik untuk menyaksikan teater yang diambil dari buku karya feminis Mesir Nawel el Saadawi ini rupanya sangat tinggi. Namun amat disayangkan, panitia kurang merespons dan plintat-plintut dalam pengadaan tiket tambahan. Hal itu diutarakan Valentina –salah seorang aktivis perempuan –sekaligus koordinator penonton yang kecewa kehabisan karcis. “Kami merasa ditipu panitia. Panitia menjanjikan masih ada karcis tapi kenyataannya tidak ada karcis. Ini sangat merugikan kami dalam hal waktu, dan tenaga yang harus berdesak-desakan ngantri. Ini yang kami sesalkan. Coba kalau dari awal bilang bahwa karcis telah habis, kami akan mengerti,” ujar Valentina diiringi tepuk tangan sekitar 100 penonton yang tidak kebagian karcis.
Sebagaiamana terlihat malam itu, pertunjukan baru dimulai sekitar pukul 20.00. Itu pun didahului oleh peristiwa dorong-mendorong pintu masuk antara pengunjung dengan panitia. Akibat kejadian itu, panitia sempat dibuat kocar-kacir dan saling lempar tanggung jawab. Karena penonton yang berada di luar gedung minta kejelasan apakah karcis pertunjukan masih ada atau memang sudah habis.
Menurut Valentina, kekesalan penonton berawal dari janji panitia yang akan menjual tiket ekstra sebanyak 50 lembar. Karena sejak pukul 17.00 di loket telah ada tulisan tiket habis, maka tiket ekstra akan dijual pada pukul 20.00.
Tunggu punya tunggu, ternyata janji panitia tidak segera terealisasi walau pertunjukan akan dimulai. Padahal penonton tetap setia mengantre di loket untuk membeli tiket ekstra yang dijanjikan panitia tersebut. Namun Valentina mengaku, dia melihat akhirnya panitia menjual tiket secara diam-diam.
Dalam kesempatan tersebut calo pun ikut bergentanyangan –dengan menawarkan harga tiket sebesar Rp 150.000. Harga sebenarnya, balkon Rp 10.000, reguler Rp 20.000 dan VIP Rp 50.000.
Puncak kekesalan penonton terjadi di penghujung acara. Sekitar pukul 22.45, penonton yang tidak kebagian tiket tersebut menggelar spanduk sambil berteriak dengan yel-yel “SP (Solidaritas Perempuan–Red) penipu!”. Bahkan umpatan kasar terlontar dari penonton. Kekesalan itu sempat teredam, ketika Faiza Mardzoeki, –pimpinan produksi acara –akhirnya menemui penonton untuk berdialog sambil memberikan solusi dengan menjanjikan akan memperpanjang hari pertunjukan menjadi tiga hari. Namun pihaknya akan berembuk dulu dengan anggota tim lainnya. Karena tiket hari kedua telah habis terjual. Namun seusai melakukan rembuk, Faiza mengatakan kepada Warta Kota bahwa pertunjukan diperpanjang. Saat ditanya alasan menjanjikan perpanjangan hari kepada penonton sebelumnya, dia mengaku itu demi meredam kekesalan penonton.
“Kami memberikan statement pertunjukan akan diperpanjang, karena melihat situasi massa yang sudah tidak dapat dikendalikan. Saya harus cepat mengambil penjelasan yang bisa meredam mereka. Terus terang panitia kewalahan untuk mengadakan pertunjukan ulang, karena fisik para pemain sudah lelah. Maka tidak mungkin ada perpanjangan pertunjukan,” jelas Faiza.
Faiza mengakui, pihaknya salah dalam penyedian tiket masuk tersebut. Panitia tidak menyangka bahwa acara ini banyak diminati penonton. “Memang ini di luar dugaan. Termasuk soal munculnya banyak calo yang membeli tiket di luar koordinasi kami. Atas nama panitia, kami minta maaf dan berterima kasih kepada masyarakat karena sangat antusias ingin menonton,” kata Faiza.
Menurut Faiza, kapasitas penonton yang disediakan untuk dua malam pertunjukan masing-masing sebanyak 800 kursi. “Itu terjual jauh sebelum pertunjukan ini dimulai. Ketika panitia mengumumkan tiket mulai dijual saja, tiket sudah hampir habis,” kata Faiza.(ign)