Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, 28 April 2013.
Kedutaan Besar Norwegia, bekerja sama dengan institusi lokal telah menyelenggarakan seminar Nora’s Sister di seluruh dunia, sejak peringatan tahun Ibsen 2006.
Ide di belakang seminar ini adalah menempatkan isu perempuan dalam agenda berbagai budaya dengan meggunakan tulisan Ibsen sebagai sumber inspirasi.
Topik dan fleksibilitas budaya (flexibility) dalam tulisan Ibsen menjadikan Aceh tempat yang menarik untuk menggelar seminar semacam ini di Indonesia. Lebih lanjut, kehidupan dan garis hidup Nora sangat relevan dengan konteks Aceh.
Drama Ibsen merupakan drama yang universal, sesuai dengan keadaan saat ini, dan permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan umum sehari-hari. Dalam dramanya, Ibsen mengangkat pertanyaan seputar kekuasaan politik, idealisme, fanatisme, korupsi, lingkungan, anak-anak terlantar, kebebasan individu, permasalahan budaya dan sosio-ekonomi dan kesetaraan jender, serta hak asasi manusia.
Participants at the semeinar in Aceh. Participants at the semeinar in Aceh.
Salah satu aspek yang menyentuh Aceh adalah pertanyaan tentang hukum sharia; yang tidak hanya menyangkut isu tentang politik dan hukum, namun juga isu sehubungan dengan perempuan karena implementasi hukum ini akan banyak membawa dampak bagi kaum perempuan.
Setelah penampilan yang mengagumkan dari cuplikan drama Ibsen “A Doll’s House” yang disutradari oelh Faiza Marzoeki dari Institut Ungu, seminar dibuka oleh Direktur Dewa Made Sastrawan, yang mengepalai Western Europe Desk di Kemlu, Duta Besar Norwegia Eivind S. Homme dan rektor Universitas Syah Kuala Prof. Dr. Darni Daud.
Diskusi panel yang dipimpin Debra H. Yatim menghadirkan pembicara Suraiya Kamruzzman dari Flower Aceh/Solidaritas Perempuan Aceh, Dr. Eka Mulyani, Deputy Director Studi Pasca Sarjana Banda Aceh IAIN dan Dr. Yuniyanti Chuzaefah, ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Seminar ditutup dengan tarian tradisional Aceh.
Baru-baru ini Hari Kartini diperingati diseluruh Indonesia dan pergerakan perempuan menempatkan dirinya di urutan pertama agenda. Kedutaan Besar Norwegia ingin mendukung hal ini dengan menyelenggarakan diskusi antara perempuan Aceh mengenai masa depan mereka.
Kondisi seperti apa yang dapat membuat lelaki dan perempuan hidup bersama, harapan, tradisi, hukum dan peraturan yang menentukan hubungan mereka, baik di rumah maupun di masyarakat? Seminar ini dimaksudkan untuk memulai debat oleh dan untuk para saudara perempuan – dan saudara laki-laki – Nora di Aceh.
Kedutaan Besar Norwegia menyampaikan rasa terima kasih kepada Institut Ungu yang telah mengkoordinir acara ini, Kemlu untuk dukungan mereka, Universitas di Aceh dan kepada 150 peserta dan LSM yang telah berkontribusi terhadap kesuksesan acara ini.