KALTENG POS
TERDEPAN DAN SELALU LEBIH MAJU
10 Pemuda Tampil Bareng Aktor Profesional
Dilihat 154 kali 0 komentar
PALANGKA RAYA – Sekitar sepuluh orang pemuda dan pemudi di kota Palangka Raya terpilih menjadi pemain dalam Pementasan Teater Subversif karya Hendik Ibsen. Pementasan ini rencananya akan diglear bulan Oktober 2014. Menjadi keberuntungan bagi mereka, pasalnya pementasan ini akan melibatkan aktor film dan teater profesional. Diantaranya, Dinda Kanya Dewi, Kartika Tjahja, Rifnu Wikana dan Sita Nursanti.
Adapun sepuluh orang tersebut yaitu Yulisna Saputra dan Febiane Pujihu perwakilan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Palangka Raya. Kemudian, Ali Rohmad SMA Muhammadiyah, Randi Maulana dan Lilih Linggar perwakilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Karsa Mulia. Lalu, Yoga Hari Tri Sukarno perwakilan SMA NU, Tri Setianingsih SMA Perintis, Rizki Ansyari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Rinalidi Alifansyah perwakilan komunitas Malam Puisi Palangka Raya (MPPLK), dan terakhir Meita Tri P perwakilan Institut Teater Bakumpulan (ITB).
“Sepuluh orang ini sudah mengikuti proses pelatihan dan workshop selama tiga hari sejak tanggal 28 Agustus 2014 hingga 31 Agustus 2014 yang mendapatkan materi pelatihan tentang sastra, hingga pengenalan dunia keaktoran,” ungkap Faiza Mardzoeki kepada Kalteng Pos, Minggu (31/8).
Selain itu, para peserta juga dirangsang untuk mengkhayati sastra dan lingkungan terutama isu-isu lingkungan yang ada di Kalteng. Selama tiga hari tersebut, terlihat bahwa anak muda di kota Palangka Raya cukup memberi respon yang cukup baik.
Nantinya, sepuluh orang tersebut akan mendapati pelatihan lebih lanjut pada bulan September 2014. Dimana Heliana Sinaga selaku aktor teater yang langsung melatih mereka. Adapun yang menjadikan mereka terpilih ialah karena mereka telah dianggap pas untuk mendapati peran dalam pementasan tersebut.
Hal ini diakui langsung oleh Wawan Sofwan selaku Sutradara Teater, bahwa sejak hari kedua workshop dirinya sudah melihat ada potensi dari sepuluh orang tersebut. Pada hari ketiga lah, peserta benar-benar dilihat bagaimana potensi tersebut dapat dinyatakan sesuai. Karena, pada hari ketiga peserta workshop diajak untuk mendalami dunia keaktoran.
Bahkan, peserta dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing kelompok mempertunjukan drama reading dihadapan pembicara yang juga selaku penilai. Wawan menambahkan bahwa penilaian tersebut bukan hanya dari segi suara, tetapi juga fisik.
“Misalnya ada dua orang perempuan dengan karakteristik suara yang hampir sama, saya memilih salah satu. Lebih penting adalah suara, karena mereka akan berada jauh dari penonton. Ya, saya tidak ingin banyak memoles,” ungkap Wawan mengakhiri. (*ila/k-2)