JAKARTA, KAMIS–Untuk memperingati hari perempuan sedunia 2008, Institut Ungu dan Yayasan Pitaloka mempersembahkan pentas teater monolog berjudul Perempuan Menuntut Malam.
Naskah monolog ini ditulis bersama oleh Rieke Diah Pitaloka dan Faiza Mardzoeki. Mereka menemukan kegelisahan yang sama atas situasi perempuaan di Indonesia saat ini. Kegelisahan ini lantas dituangkan menjadi naskah monolog tiga perempuan: perempuan Politisi Anggota Parlemen, Pekerja Sex dan Ibu Rumah Tangga. Mereka akan bicara soal Cinta, Rumah, Sex, Politik dan Kekuasaan.
Monolog Perempuan Menuntut Malam akan dimainkan oleh tiga aktor perempuan berpengalaman di dunia film dan panggung. Mereka adalah Rieke Diah Pitaloka,Niniek L. Karim dan Ria Irawan. Ketiganya telah melakukan latihan hampir dua bulan penuh demi memainkan peran yang naskahnya sarat dengan sentilan kritis, diwarnai kelucuan-kelucuan dan hal-hal yang mengharukan. Mereka akan mengajak kita semua untuk merenungkan apa yang sedang terjadi dengan perempuan Indonesia dan merefleksikan situasi politik paling aktual yang terjadi di negeri ini.
Pementasan yang diproduseri oleh Faiza Mardzoeki dan Rieke Diah Pitaloka ini akan dipentaskan di tiga kota, yakni Jakarta, tanggal 8-9 Maret 2008 di Graha Bhakti Budaya-Taman Ismail Marzuki, dan sedang dipersiapkan pementasan ke daerah lain antara lain Aceh dan Magelang. Pementasan ini dipersembahkan dalam rangka perayaan Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret.
Sutradara pementasan ini, Zuki a.k.a. Kill The DJ, adalah seorang seniman muda dari Yogyakarta yang baru selesai menjadi pengarah dramartugi pada pertunjukan MonologSarimin oleh Butet Kertarejasa. Zuki juga seorang penyanyi hip hop yang suka “meng-hip hop-kan” puisi-pusi indah. Pementasan ini akan menggunakan media properti panggung yang sangat minimalis dan memanfaatkan video rekam yang diintegrasikan sebagai set panggung sekaligus naskah cerita itu sendiri.
Videografi ini dikerjakan Chandra Hutagaol, tata musik dan tata suara oleh Yoseph Herman Susilo dan tata cahaya oleh Aziz Dying.
Penonton akan menyaksikan pentas teater monolog dengan sajian yang berbeda. Selain tiga aktor yang cukup lama akrab dengan dunia panggung dan film, penonton juga akan menyaksikan karya video art dan musik yang “berbicara”.